Selasa, 29 Maret 2011

Punakawan : Simbol Kerendahan Hati dan Penebar Hikmah

Dalam Epik Mahabarata yang diadaptasikan dalam seni wayang di Indonesia terutama Jawa, Sunda dan Bali terdapat tokoh khusus yang dinamakan Punakawan. Para tokoh dalam kelompok Punakawan ini memiliki karakter yang menarik karena mewakili simbol kerendahhatian dan penebar hikmah. Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Dalam wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa).

Karakter Punakawan ini sesungguhnya memang tidak ada dalam versi asli mitologi Hindu epik Mahabarata dari India. Punakawan adalah modifikasi atas sistem penyebaran ajaran-ajaran Islam oleh Sunan Kalijogo dalam sejarah penyebarannya di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Walaupun sebenarnya pendapat ini pun masih diperdebatkan oleh banyak pihak.

Jika melihat pada biografi karakter-karakter Punakawan, mereka asalnya adalah orang-orang yang menjalani perubahan karakter yang berangsur-angsur hingga menjadi sosok yang sederhana namun memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa.

Para dewa pun tidak ada yang berani marah kepada Bagong (wayang Jawa) atau Astrajingga/Cepot (wayang Sunda) atau Bawor (wayang Banyumas) sekalipun sosok ini sering mengkritik mereka dengan humor-humor yang sarat kebijaksanaan.

Selain itu dari sosok tersebut ada karakter Nala Gareng atau sering disebut Gareng dan tokoh Petruk (wayang Jawa) atau Dawala (wayang Sunda). Dalam cerita wayang Jawa kedua tokoh ini adalah saudara angkat yang diadopsi oleh Semar.

Antara sosok Gareng dan Petruk ini terdapat karakter yang bertolak belakang. Gareng sekalipun cerdas dan hati-hati tapi sulit menyampaikan sesuatu melalui kalimat. Berbeda dengan Petruk yang cenderung asal bicara tapi sedikit bodoh.

Bahkan dalam cerita Petruk jadi Raja, Petruk/Dawala pernah membawa kabur Pusaka Hyang Kalimusodo dari Yudistira kemudian berkuasa di Kerajaan Ngrancang Kencana dengan gelar Prabu Kantong Bolong Bleh Geduweh atau Prabu Helgeduelbek. Dari sosok tersebut bias dipelajari tentang bahayanya kebodohan terutama jika orang yang kurang ilmunya diberi kesempatan untuk berkuasa sehingga menyebabkan bencana di lingkungannya.

1. SEMAR
Semar adalah pengasuh dari Pendawa. Alkisah, ia juga bernama Hyang Ismaya. Mekipun ia berwujud manusia jelek, ia memiliki kesaktian yang sangat tinggi bahkan melebihi para dewa.






2. GARENG
 Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan.  Ia pernah menjadi raja di Paranggumiwang dan bernama Pandubergola. Ia diangkat sebagi raja atas nama Dewi Sumbadra. Ia sangat sakti dan hanya bisa dikalahkan oleh Petruk.



3. BAGONG
 Bagong berarti bayangan Semar. Alkisah ketika diturunkan ke dunia, Dewa bersabda pada Semar bahwa bayangannyalah yang akan menjadi temannya. Seketika itu juga bayangannya berubah wujud menjadi Bagong. Bagong itu memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat lucu.




4. PETRUK
 Petruk merupakan anak Semar yang bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, pandai berbicara, dan juga sangat lucu.  Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya.  Petruk pernah menjadi raja di negeri Ngrancang Kencana dan bernama Helgeduelbek. Dikisahkan ia melarikan ajimat Kalimasada. Tak ada yang dapat mengalahkannya selain Gareng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar